RSS

12/26/2015

Sebuah Buku


Usang ataupun tidak, kau akan menyimpannya rapi di dalam almari kokohmu
Kau baca atau tidak, akan ada semut yang sempat merayap di tubuhnya
Terpenuhi kata atau tidak, ia akan tetap menjadi pajangan dan kau tontonkan pada tamu rumahmu
 Hanya, pajangan. Mungkin bagi sebagian orang.

Ia satu-satunya yang akan diam saat kau menagis taupun tertawa.
Satu-satunya yang diam saat kau bersenda dengan keluarga.
Satu-satunya yang diam saat kau terjerembab karena ulah mu sendiri.
Dan satu-satunya yang akan mematung meski saat kau bahkan tidak membutuhkannya.

Ia bercerita
Ia mendongeng
Ia bersyair
Ia penuh warna dan rupa
Bahkan terkadang sulit untuk membedakan hitam putihnya

Kuharap ia dapat berbicara
Agar kau tahu apa rasanya menjadi makhluk yang tidak pernah akan mendapatkan kesempatan untuk bernafas.
Read Comments

12/05/2015

Cerita Baru




Bab awal dari cerita baru
Sungguh mendebarkan
Penuh ketegangan
Penuh keterburuan
Penuh keraguan
Penuh pula ketidakstabilan

Tembok yang memang sejak awal kokoh pun mematung
Ia tegak menjulang di depan si kucing yang meringkuk dan tak mau pulang
Bukan salah tembok, bukan pula salah si pembuat
Ia hanya ada karena ia dibutuhkan
Apa daya kucing
Ia mengeong meminta yang bisa dipinta
Ia tak bisa pergi
Siapa yang akan mengelusnya?
Ia hanya akan jadi si jelek yang mati pada akhirnya



Read Comments

1/31/2015

Dua Arah



Dia mulai was-was.
Sementara dia yang lain dengan buta mengejar angin yang membawanya ke antah berantah.
Dia tidak meninggalkannya, sekali-kali tidak ingin.
Dia juga ingin mengejarnya menggapai angin.
Namun, apa jua, ia sendiri tak tau apa itu angin.

Mereka tersesat dengan sekat setipis bulu.
Mereka terbelenggu akan rantai bak benang merah kusut.
Tidak ada kerenyahan tawa disana, hanya dingin menjalar yang menusuk pelopak mata memandang surya.
Kicauan manis selalu menjadi andalan untuk sejenak melipat buku kenyataan.
Mereka tersenyum kecut penuh tanda tanya.

Dia mulai menapak.
Sementara dia yang lain telah berada di seberang galaksi.
Dia ingin menunggunya meski harus mematahkan kaki yang memaksa menyeret.
Dia tidak tahu lagi arah tercepat mana untuk--setidaknya berada beberapa mil dari seberang galaksi.

Dia ingin, namun tidak tahu ingin itu sendiri apa.
Dia berlari, namun tidak lagi bisa berhenti meski kakinya telah patah.
Mereka hidup,
Dengan pena yang masih tergenggam. Buku kenyataan itu pun memaksa membuka sampulnya. 
Read Comments