RSS

6/25/2014

Tangan kiri

Pernahkah kau dengar tentang ocehan orang tua mengenai “tangan baik”?
Ia (yang lain) sebenarnya tak berbuat apa pun.
Tak melakukan apa pun.

Kasihan.
Dibuang bahkan sebelum digunakan.
Dicemooh bahkan sebelum terdengar.
Kasihan.


Padahal, kalian akan merenggang nyawa apabila ia tak ada.
Kalian akan pincang apabila ia cacat.
Hanya karena kebetulan ia tak mendapat tempat yang layak.
Mendapat tugas paksaan yang tak layak pula.
Kasihan.

Andai ia dapat berkoar, ia akan menghujam kalian dengan apa yang kalian berikan. Bahkan lebih.
Andai ia benyawa, ia akan dengan senang hati meninggalkan kalian meratap letih.
Andai ia berambisi, ia akan melumat jantung kalian hingga tertindih.

Namun, tetap, ia hanya bisa mengawasi perbuatan kalian hingga akhir pembalasan nanti.
Read Comments

Permainan



Semakin dilihat, semakin sakit.
Bedebah bermuka dua yang terus bermain api di dalam hutan bakau.
 Ia menikmati permainannya.
Mereka menikmati permainannya.
Entah apa yang ada dalam otak si bedebah itu.
Ia hanya senang mengaduk daun yang perlahan berjamur.

Sudah terlambat pabila kau berkata dapat merapikan benang yang kusut.
Satu-satunya cara adalah menggunting beberapa helainya.
Kau harus siap kehilangan beberapa, atau bahkan semua.
Itulah game over permainanmu.

Tapi, tidak.
Sepertinya kau masih punya beberapa babak lagi.

Akan kau mainkan seperti apa, hei bedebah? 
Read Comments

Salinan




Pabila melihatnya, seperti paku yang dicabut dari pohon.
Atau seperti luka naga yang dicakar oleh singa.
Sakit, memang. Tapi, menyenangkan.
Karena jaring laba-laba sudah mulai terkikis air hujan.
Nah, sekarang aku layaknya kucing yang diinjak ekornya.
Tak bisa berbuat apa-apa. Tak ingin pula berbuat apa-apa.
Hanya, cukup.

Entah akan seperti apa, namun masih ada ikatan yang sepertinya bisa kueratkan
Entah akan bagaimana, namun masih ada beberapa memoir yang kaku disana
Entah kapan, namun pasti badai yang lebih besar akan menyambar.
Entah siapa, namun yang menggarap ladang tetaplah ia, bukan?
Entah dimana, namun tidak di tempat yang sama.
Entah mengapa, si keong masih sanggup tinggal dalam rumahnya. Masih.

Oh, ini bukanlah cerita tentang putri duyung yang rela menanggalkan siripnya.
Ia hanya terlalu bodoh untuk menjadi buih.
Bukan cerita tentang seberapa besar kalimat yang diutarakan.
Bukan pula curhatan si gadis malang tentang kisah cintanya di kamar yang sempit.

Hanya, sedikit petikan gitar yang merajai sejuta arti.
Read Comments

6/18/2014

Lampion


Lampu neon terang benderang membelah gelap
Kau berdiri di suatu sisi sambil menghadap kiblat
Mereka cantik, tak secantik bulan, apalagi sosok bayang tegap itu
Tegap berdiri menantang maut malam
Kau penuhi janji yang seakan tak terencana ini, entah bagaimanapun jua
Seminggu lalu, kita bahkan sempat menyetel musik metal di kalangan ningrat
Namun, sekarang di sini, berdiri terpaku bersama menantang kelap bersama lampu lampion
Semoga........

Read Comments

6/16/2014

Penukaran cinta



Kau tidak dapat membeli cinta dengan uang, barang berlian, secarik kain, atau pun benda lain tak kasat mata, bahkan makanan. Begitu kata para pujangga.
Namun, sadarkah kau dengan segelintir manusia yang hanya bisa menunjukkan kasihnya melalui kertas merah itu?
Mereka berjalan dalam labirin, dimana setiap ujung hanya ditemukan cara itu.
Mereka tidak seperti kau, yang hanya dengan berjalan dapat bertukar nomor rumah.
Mereka berusaha, meskipun kerongkongan akan terasa kering.
Mereka tertawa bahagia ketika kau memegangnya.
Namun, sekali lagi, sadarkah kau, bahwa mereka juga menangis saat kau bergunjing atasnya.
Hanya, maaf…..jika masih belum tersampaikan rasa yang sesak meluap bak asma akut ini.

Hanya….terimalah, tanpa berkata apa pun. Tak apa. Tanpa berkata apa pun.
Read Comments

6/11/2014

Buta



Kemarin malam bercampur
Bagaimana mengatakannya, ya?
Kau menangis saat kau tertawa, begitu pula sebaliknya.
Pernahkah kau alami? Cemburu buta itu namanya...
Semilir dan remang menjadi teman kesenderianmu di tengah keramaian gejolak
Malam larut pun tak menghalangi untuk tetap terjaga dengan secangkir teh, dan semangkuk bakso kecil murahan di pinggir jalan berkerumunnya para tengkorak.
Oh, dan jangan lupa kotak kecil yang biasa kau tempelkan telinga demi mendengar suara sang pujaan.
Tidak berakhir mulus…….
Namun, cukuplah untuk penenang hati selama kipas angin menjalar di kaki.
Sampai warna kuning menyapa kembali.





Read Comments

6/10/2014

Suratku Untukmu



Aku membetulkan tas ransel euro polo coklat berisikan laptop dan beberapa buku ilmu hukum beserta kamusnya yang sedikit mengganggu pundak. Kakiku sudah mulai pegal menunggu bus yang seharusnya sudah lewat beberapa menit lalu dan mengantarku ke kampus. Namun, aku juga tidak bisa menyalahkan si sopir ataupun siapa saja karena ini memang kesalahanku yang bangun kesiangan. Begadang semalaman bersama teman-teman untuk mengerjakan laporan untuk dipresentasikan di depan dosen sudah bisa membuat sakit kepalaku belum hilang sampai sekarang. Kulihat, seorang ibu yang berdiri disampingku sedari tadi juga sudah mulai melihat-lihat jam tangannya. Di depanku, suasana ramai toko Joger sudah menjadi sarapan setiap pagi bagi mahasiswa yang kuliah di Bali. Toko itu tidak pernah sepi. Toko khas Bali itu menjual berbagai pakaian dan tas dengan harga tinggi. Tapi, tetap saja pembeli yang berkunjung tidak menurun. Sekilas, aku juga melihat tukang pos yang memarkir motornya di depan salah satu rumah di samping toko Joger. Bicara tentang surat, itu mengingatkanku pada suatu kejadian.
Read Comments

Pujangga


Hey, para pujangga!!
Kuberitahukan padamu, berhati-hatilah dengan para pembual penyebar madu.
Mereka tidak cukup beracun seperti cobra, tapi cukup menyengat layaknya lebah. Kulitmu akan terasa terbakar selama kau bisa mengingat.
Mereka bak katun yang tidak berterimakasih pada ulat bulu, namun mereka juga gemar berkata pada kacang kalau dia lalai pada kulitnya.
Tapi, tetap yang bisa dilakukan para peneriak syair hanyalah berteriak. Meskipun, mereka tidak lagi hidup pada zaman jahiliyah.
Read Comments

6/07/2014

Tulang Rusuk



Hei, kau pernah dengar bahwa mereka bilang kata-kata adalah doa?
Kau percaya itu, kawan?
Aku percaya. Kasih telah mengatakannya.
Bisa kau katakan mungkin hanyalah sebuah polesan bibir merekah yang akan hilang oleh tisu basah
Tapi, janganlah sekali-kali remehkan kekuatan kata-kata, kawan.
Bahkan kata-kata seorang bunda pun mampu meruntuhkan gunung menjadi lautan.
Meskipun kekuatan kata-kata ini tidak sehebat ibunda, namun janjinya masih dapat meruntuhkan anak Krakatau, kau percaya?
Apalagi, kata-kata ini adalah kutipan asli dari seorang Adam yang mampu membuat Hawa melahirkan habil dan qabil serta kedengarannya diucapkan tanpa keraguan.
Meskipun, lagi, tidak seberani merah dan sebersih putih sang bendera bangsa.
Namun, kata-kata ini cukuplah sekuat tulang rusuk yang menyangga jantung sehingga tidak bertabrakan dengan lambung. 


Read Comments

6/06/2014

Aku, Dia, dan Hujan





Jalanan yang basah pagi ini masih terlihat di beberapa tempat di sudut gang. Hujan deras yang turun kemarin malam telah sukses membuat genangan-genangan itu. Udara pun masih terasa dingin, meskipun ini sudah memasuki musim semi. Memang benar apa kata orang “musim dingin yang meleleh akan menjadi musim semi” dan tentu saja meleleh itu merupakan hujan yang memang sering datang pada saat pergantian musim dingin ke musim semi. Bagi beberapa orang, hujan mungkin tidak terlalu menganggu, kecuali kalau mereka turun saat jam pulang sekolah ataupun pulang kerja. Tapi, bagiku, kapanpun waktu pergantian musim ini datang, akan menganggu segala mood-ku. Aku menatap genangan sisa hujan kemarin yang berada di lapangan dari jendela kelas. Pandangaku kosong, tetapi sesekali alis mataku menajam melihat genangan itu.
Read Comments

Duri Abadi itu Beracun, kawan


Kau tahu?
Duri-duri itu sulit hilang
Bahkan jika kau berusaha menorehkan sepenggal betadine pada alasnya
karena, kau tahu?
Duri itu beracun yang akan menjalar sampai ke anak cucumu
Berhati-hatilah, karena
Kau tahu?
Setiap kau melangkah akan ada duri yang siap menancap ke kakimu, hingga mereka memastikan bahwa kau akan jatuh tersungkur.
Tapi, tetap tenanglah......
Masih ada ribuan apotik yang bersedia membukakan pintunya hanya untukmu bahkan pada malam badai yang menyengat bulu kudukmu.
Read Comments

Linangan




                Adzan isya’ mengalun lembut di antara sela bulir-bulir hujan dan membawaku keluar dari dunia mimpi memabukkan itu. Setelah kukerjapkan beberapa kali, akhirnya bola mata ini mau juga melihat cahaya neon putih yang mulai menguning. Mungkin karena kepalaku masih belum terbiasa. Tapi, tidak. Setidaknya aku harus bangkit dan mengambil air wudlu meskipun setelah semua hal yang kulalui beberapa hari kemarin. Aku sudah bertekad dan berjanji kepadaNya tidak akan meninggalkan kewajiban ini. Aku pasti akan malu apabila bertemu denganNya kelak.  Lagipula, setelah mimpi itu, aku ingin meminta pendapatNya.
Read Comments