Bagaimana mengatakannya,
ya?
Kau menangis
saat kau tertawa, begitu pula sebaliknya.
Pernahkah kau
alami? Cemburu buta itu namanya...
Semilir dan
remang menjadi teman kesenderianmu di tengah keramaian gejolak
Malam larut
pun tak menghalangi untuk tetap terjaga dengan secangkir teh, dan semangkuk
bakso kecil murahan di pinggir jalan berkerumunnya para tengkorak.
Oh, dan
jangan lupa kotak kecil yang biasa kau tempelkan telinga demi mendengar suara
sang pujaan.
Tidak berakhir
mulus…….
Namun,
cukuplah untuk penenang hati selama kipas angin menjalar di kaki.
Sampai warna
kuning menyapa kembali.
2 komentar:
sajak yang sangat deskriptif sekali, Mbak Catur. good job. :)
hanya saja, mungkin perlu ditambahkan kata depan 'di' diantara 'tempelkan telinga'. itu akan lebih mengindahkan kalimat tersebut. :)
terus menulis, dan terus berkarya, ne! :D
ganbatte ne! ^o^
Terima kasih ^_^
Iya, doakan tetap terus semangat!! dan terus berkarya :D
Posting Komentar